Mulutmu Berkata "Tidak", Sikapmu Berkata "Iya" (Citra ASN)

Hari ini adalah hari kedua Saya mengikuti Diklat. Sudah dua hari kami belajar di sebuah balai diklat yang berlokasi di Cikarang. Ilmu yang didapat mungkin belum bisa dikatakan cukup untuk dibagi, namun berbagi tak harus menunggu kita punya banyak, kan?

Diskusi di kelas hari ini berlangsung sangat menyenangkan. Semua peserta diklat antusias mengikuti diskusi dan tak kalah semangat untuk saling bertukar pikiran. Topik bahasan kami hari ini adalah "Citra ASN". Oh ya, ASN adalah Aparatur Sipil Negara (sekedar informasi saja bagi yang belum kenal, atau biasa lebih dikenal dengan sebutan PNS). Hari ini, ASN memiliki citra yang tak baik di mata publik. Pemberitaan tentang rekening gendut, makan gaji buta, korupsi, pelayanan yang tak maksimal, tukang tidur saat rapat dan lain sebagainya menempel pada jidat kami. ASN dianggap banyak yang berperilaku negatif karena memang pemberitaan mengenai perilaku negatif ASN memang lebih sering terekspos oleh media. Media memang tak pernah bisa dikendalikan, namun usaha untuk mem-blow-up hal positif tentang ASN di media massa tetap perlu dilakukan. Hal ini diperlukan untuk menghapus kenangan buruk yang ada di benak publik tentang ASN dan membangun citra baru ASN di benak publik.

Dalam diskusi tersebut, diantara calon ASN ini terlihat kelesuan dan masih kurangnya kebanggaan akan profesi sendiri. Harusnya hal ini tak perlu terjadi. Karena pada kenyataannya Pemerintah Indonesia tengah berbenah. Program Kerja, Kerja, Kerja yang diusung oleh Presiden Joko Widodo harusnya mampu membuat kita semangat dalam mengerjakan tugas serta fungsi masing-masing.

Kembali lagi mengenai citra baru ASN. Tentu tak mudah untuk membentuk citra baru. Pembentukan citra ASN membutuhkan program yang berkesinambungan. Beberapa hal yang sempat diangkat dalam diskusi tersebut adalah mengenai perbaikan SDM ASN (mulai dari penerimaan ASN hingga jenjang karir serta pengembangan diri ASN itu sendiri), penerapan reward dan punishment untuk ASN, peningkatan kesejahteraan, serta peningkatan layanan ASN untuk masyarakat. Hal-hal lainnya, seperti blow up berita mengenai ASN berprestasi nantinya akan mengikuti seiring perbaikan yang tengah dilakukan.

Indonesia, jangan pernah hilang harapan. ASN jangan pernah malu menjalani pekerjaan ini. Oknum yang merusak nama baik kita memang masih banyak berkeliaran, tak apa, tak lama lagi mereka akan punah. Oknum tersebut adalah bentukan lama yang perilakunya tak lagi bisa diubah. Biar, biarlah mereka begitu, kita tak usah ikut-ikutan, kita harus jaga bangsa ini, negara ini.  Ibarat uban, uban tumbuh sedikit demi sedikit untuk nantiya akan memutih diseluruh rambut kepala. Kita adalah generasi uban tersebut, generasi yang akan menyebarkan virus-virus kebaikan untuk ASN. Masa depan negara ini ada di tangan kita. Jangan sampai kita ikut-ikutan untuk meng-iya-kan informasi yang beredar di masyarakat tentang ASN.

Pulang

Setelah banyak berjuang, ternyata ada satu yang membuatmu merasa jadi pemenang;
Setelah lelah mencari, ternyata ada satu yang membuatmu berhenti;
Setelah banyak mencoba, ternyata ada satu yang ingin kau dapat;
Yaitu PULANG


Kata PULANG akan lebih indah didengar jika diikuti oleh dua kata berikutnya yaitu "ke rumah". Apa yang kau inginkan dari sebuah rumah? Bukankah kenyamanan? Iya, itu. Tak salah lagi. Memang itu.


Kenyamanan akan selalu membuatmu rindu. Seperti aku merindukanmu, seperti aku merindukannya, seperti aku merindukan kalian. Iya, ternyata seperti itu.

Hikmah Ramadhan








....bahkan jika mayat dapat hidup kembali, mereka ikhlas untuk menjalankan ibadah di bulan ramadhan....





 

Why I Choose Being Silent

Tak jarang, dalam kehidupan sehari-hari kita mendapat perlakuan yang tidak mengenakan dari orang lain. Penyebabnya bisa dari diri kita atau mungkin memang dari orang lain. Apapun penyebabnya, satu hal yang tak boleh dilakukan adalah tersulut emosi. 

Semakin banyak berjalan, Saya semakin paham bahwa setiap orang memiliki masalah hidup yang berbeda-beda. Keterbukaan pikiran dan kelapangan dada dari masing-masing individu memang dibutuhkan untuk menyeimbangkan situasi. Lalu bagaimana harusnya bersikap ? Mungkinkah terus menerus menjadi ibu peri yang tak pernah meluapkan emosi ? Tentu tidak. Marah adalah wajar, namun marah yang berlebihan tidak-lah baik.

Saya, setelah perenungan panjang, mulai hari ini akan memilih untuk diam. Berkoar-koar kepada orang lain, apalagi di sosial media saat ini tak lagi menjadi pilihan. Saya tahu, tak ada orang yang sempurna, pun demikian diri saya sendiri. Jika diperlakukan buruk oleh orang lain, jika orang tersebut tak akan memengaruhi banyak hal dalam kegiatan harian Saya, tak akan Saya komplain. Bukannya tak sayang, namun lebih banyak hal lain yang bisa kita lakukan selain menasehati orang lain yang belum tentu senang dengan niat baik kita.

Diam bukan berarti tak ada koreksi. Bagi saya, pengalaman orang lain yang sempat dibagi kepada kita adalah sebaik baiknya pembelajaran yang harus jadikan bahan koreksi, terutama untuk diri sendiri. Doa di dalam keteraniayaan dirasa akan menjadi lebih baik dibanding meluapkan emosi melalui ucapan.  Doa terbaik adalah "semoga dengan memaafkan kesalahannya, jika dikemudian hari hamba tak sengaja melakukan kesalahan, maka ada pula orang yang lapang hatinya untuk memaafkan hamba".

Bukannya menasihati, namun Saya saat ini sedang berada dalam tahapan koreksi diri secara penuh atas kehidupan yang telah dilalui selama ini. Banyak hal-hal tak baik yang Saya lakukan hanya karena emosi dan tidak sabar. Padahal Saya tahu ada banyak sekali hal lain yang patut disyukuri di dalam hidup ini. Berhenti mengeluh yuk, lebih baik diam dan berdoa agar kita terhindar dari perbuatan saling mendzolimi. Selamat beraktivitas ya :)