Bagaimana cara menyelesaikan masalah? HADAPI


Sambil menikmati kopi hitam panas sore ini, aku merenung mengingat pagi ku. Ku seruput perlahan kopi yang luar biasa wangi ini. Iya, aku sangat menikmati setiap rasanya. Ah, ruang kerjaku sudah lebih dingin hari ini, ac-nya baru saja diservis.

Bagiku, ini semua adalah hal yang patut disyukuri. Aku jadi lebih mudah menyelesaikan pekerjaanku dengan suasana yang nyaman, dingin, dan tanpa asap rokok. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku hari ini, padahal sudah dari pagi aku memulai. Aku paham, bekerja dengan sungguh-sungguh itu menghabiskan lebih banyak energi. Tapi inilah yang ku tahu, inilah yang memang seharusnya ku lakukan untuk menghalalkan gaji ku.

Oh ya, bukan curhatan pekerjaan ini yang menjadi fokus tulisanku ini. Haha. Aku memang sering salah fokus. Padahal tadi aku sedang membayangkan pagi ku.

Tadi pagi aku bangun terlambat dari biasanya. Sebangun tidur aku wudhu dan menyegerakan sholat shubuh. Setelah itu ku buka pintu balkon apartemen. Ku perhatikan bawang merah yang ku tanam di pot kecil, bawang itu sudah punya daun sekarang, hadiah pertama dari Tuhan untuk ku pagi ini.

Kuperhatikan langit warnanya gelap. Ku pikir, aku harus berangkat ke kantor sesegera mungkin sebelum hujan turun. Tidak, tidak. Hatiku mendua. Aku masih harus menyelesaikan cucian bajuku dan memasak nasi serta sayur untuk sarapan agar giziku cukup dan terjamin.

Iya, aku terbiasa mengurus diriku sendiri sedari dulu, sejak kecil. Aku tidak dibiarkan menjadi anak manja meski orangtua sering sekali memanjakan. Aku senang naik angkot walaupun sering pula diantar jemput, aku gemar menabung dan tak banyak meminta uang buku selagi bisa dipinjam di perpustakaan.

Satu-satunya yang membuat orangtua ku repot hanya kebiasaanku yang senang mengikuti les mata pelajaran disana-sini, “kamu paling jago ngabisin uang mama karena les, yang bener kamu lesnya kak!!”, begitu keluh mama setiap kali aku meminta uang les :p Hey, aku senang sekali les. Aku senang bermain di tempat les, melihat karakter teman, lalu pulang dalam keadaan lelah dan merasa produktif. Aku sangat suka.

Lihatlah, dulu dinding kamarku penuh dengan tulisan berisikan mimpi-mimpiku. Mulai dari target nilai ujian, kapan jadwal mencuci baju, kapan harus mengaji, kapan harus les, kapan main barbie, kapan nulis cerpen, semuanya ada di dinding kamarku. 

Oh ya, dulu cerpen-cerpen ku yang bertemakan horor itu banyak sekali peminatnya di kelas. Saat itu aku masih kelas 4 SD. Aku tulis dan ketik cerita-nya diakhir minggu, ku paksa papa menemaniku ke tempat fotokopi yang lumayan jauh dari rumah, ku sewakan cerpen tersebut kepada teman-teman sekelasku. Kalau ku pikir-pikir sekarang, apa iya ceritaku itu menarik? Tak sedikit uang yang ku dapat dari hasil sewa cerpen-cerpen itu.

Ya Tuhan, aku kembali gagal fokus dengan inti ceritaku, maafkan J

Setelah menyiapkan sarapan, akhirnya aku siap-siap untuk berangkat ke kantor. Kupesan ojek online dan bimsalabim abra kadabra, ojek onlinenya sudah menunggu ku di tempat biasa, di depan Indomaret Tower A. Hahaha. Aku telah membuat abang ojek menunggu pagi ini. Tak apalah, sesekali saja.

Baru saja mau berangkat, langit yang tadinya mendung berganti hujan. Awalnya rintik-rintik, namun perlahan mulai deras. Aku mengeluh dan mulai panik. Hatiku tak berhenti mendumel. “ah tau gitu pesen taksi; Ah makanya, harusnya elo ga terlalu boros kemaren-kemaren, hujan hujan begini kan butuh mobil; Ya Tuhan, gue harus pake jas hujan abang ojek yang bau ini, mana celananya sobek, gue pasti basah;.

“Hujan mba, kita pasang jas hujan ya. Mba gapapa kan? Kita ke Senayan kan ya mba?. Maaf jas Saya Sobek mba, kemaren dipake penumpang lain, orangnya buru-buru waktu buka jas hujan dan Saya belum bisa beli gantinya”, ucap abang ojek.

Sambil manyun aku cuma bisa angguk-angguk dan sempat bilang “yah pak, hujan. Tau gitu saya pesen mobil tadi”. Abang ojek hanya balas dengan senyum sambil memberi ku jas hujan.

Sambil terus mengeluh, ku pasang jas hujan ku, ku tatap wajah abang ojek yang bahkan tak lepas senyumnya dari tadi. Apa aku cantik pagi ini? Hahahaha. Ciee. Eh bukan itu maksud ku.

Abang ojek ini telihat menikmati setiap tetesan hujan yang turun sambil membantu aku memasang jas hujan. Aku tersentak. Harusnya bukan aku yang mengeluh karena hujan, tetapi abang ojek ini. Dia lah yang tanggungjawab mengantarku. Dia menawarkanku bertukar jas  hujan dengannya agar aku tak basah, aku tolak. Aku atau dia sama-sama tak boleh basah karena sama-sama akan bekerja. Akhirnya aku bilang “kalo makin deres hujannya, kita nanti minggir dulu ya pak”.

Hujan semakin deras, kami bertolak menuju Senayan. Aku menjadi lebih tenang. Abang ojek mengajakku ngobrol dan membuat suasana hatiku membaik atas sikapnya. Ia sangat bersemangat dan terlihat lebih girang setiap bertemu rekan sesama ojek online yang berteduh di pinggir jalan tanpa ada yang menumpang.  

Aku menyesal atas sikapku. Tak seharusnya hujan ini menjadi keluhanku. Segera ku koreksi sikapku, aku mulai tersenyum dan menikmati setiap tetesan hujan yang jatuh ke kaca helm, ternyata pagi ini indah sekali. Terbayang tanaman bawang ku yang mulai tumbuh daun, pasti karena beberapa waktu belakangan sering hujan hingga bawang yang ku tanam baru beberapa waktu lalu itu sudah tumbuh daun.

Alhamdulillah, jalanan lancar sekali tadi pagi. Padahal tadinya ku pikir aku akan berbasah-basah menghadapi macet, merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung hari ini karena sudah mengalami pagi yang buruk sebelum mulai bekerja. Ternyata tidak.

Jalanan lancar, hujan berhenti ditengah jalan, dan apa yang ku bayangkan tak terjadi sama sekali. Aku sampai di kantor lebih cepat dan aku bahagia.

Jika boleh ku ambil hikmahnya, ternyata beginilah hidup. Apapun kesulitannya, yang penting kita punya motivasi untuk melanjutkan hidup. Karena hal buruk yang kita bayangkan akan terjadi pada diri kita sebenarnya belum tentu akan terjadi, maka berpikir positiflah pada Tuhan.

Ketika kau merasa hujan adalah hambatan, ingat tanggungjawabmu untuk bekerja. Berlindunglah sebisa mungkin dari hujan. Hadapi saja, tak perlu berpikir rumit. Hujan disini belum tentu akan hujan disana. Apapun yang kau inginkan, kejarlah. Apapun masalahnya, hadapilah J



Jakarta, 28 Februari 2017 



Sebesar apapun masalahmu, pikul. Ringankan masalah itu dengan banyak tersenyum.

Belajar Menerima Kemampuan Diri melalui YOGA


Menyukai yoga tak harus menjadi penganut agama Budha. Yoga sudah sangat berkembang saat ini. Yoga membutuhkan pemusatan pada pernafasan, bukan sembarang bernafas tetapi bernafas melalui hidung.

Sesulit apapun gerakan yoga yang sedang kita lakukan, bernafas dengan hidung adalah wajib hukumnya, jangan pindahkan pernafasan kita pada mulut, karena hidung-lah yang berfungsi untuk bernafas dalam keadaan normal, bukan mulut.

Instruktur yoga biasanya akan mengarahkan peserta kelas yoga untuk memusatkan perhatian pada nafas dan fokus untuk mengontrol pikiran. Yoga melibatkan manusia secara utuh, baik tubuh maupun pikirannya. Tak heran jika akhirnya yoga juga mampu menghilangkan rasa sakit yang terjadi pada jiwa manusia.

Gerakan yoga memiliki banyak opsi untuk dilakukan. Lalu gerakan mana yang paling baik? Semuanya tentu sama baiknya. Opsi tersebut adalah pilihan untuk melihat gerakan mana yang mampu dilakukan oleh tubuh, sampai mana kemampuan tubuh untuk melakukan setiap gerakan.


“jika kemampuanmu adalah memikul beban 3 kg, jangan dipaksakan untuk memikul 5 kg. Pikullah 3 kg itu dengan sebaik-baiknya potensi yang kamu punya, maka kamu akan lebih mudah untuk memindahkan barang seberat 3o kg dengan sepuluh kali mengangkut. Jika kamu paksakan memikul 5 kg, mungkin pada angkutan ke-tiga badanmu akan sakit dan kamu tak bisa lagi melanjutkan tanggungjawabmu”, yoga mengajarkan kita melihat potensi diri, menerima potensi tersebut, dan menjadikan potensi tersebut agar memberi manfaat yang maksimal untuk tubuh (hidup).


pigeon pose by me (look at that happy face)

Tuhan sebaik-baik Pembuat Skenario Hidup

Betapa aku tak butuh Kau
Jika tak ada yang lain tempatku bergantung
Betapa aku tak butuh Kau
Jika semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi

Apalah jadinya aku tanpaMu
Aku tahu, namun terkadang lupa
Sering kali lalai
Aku manusia

Kau berikan aku nikmat
Lalu Kau berikan aku cobaan
Entahlah, semoga segala dosaku gugur bersama semua cobaan ini

Tuhan, kadang aku merasa umurku tak lagi panjang
Memori masa lalu terbayang di depan mata
Masa kecil ku, prestasi, perjuangan, semua. Terpapar jelas dalam kenangan

Dan ayah, sebelum ia pergi ketempatMu, ku pernah berucap sampai jumpa padanya :)
Dan ibu, beliau sama sekali tak pernah membuat kami repot hingga detik ini. Hanya kami saja yang bergantian tak henti-hentinya merepotkan pikiran beliau. 

Tuhan, aku yakin, kau telah siapkan jalan yang terbaik untuk ku, untuk keluarga ku, untuk negeri ini. 
Ampuni aku, peluk aku disisiMu. 

Tuhan, sampaikan salamku untuk mereka. Iya, mereka.

-Jakarta, 19 Januari 2017-